Sabtu, 15 November 2008

IPPNU Diharap Menjadi Organisasi Kader Jumat, 31 Agustus 2007 00:59

Bandung, NU Online

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) diharapkan menjadi organisasi kader yang mampu menyiapkan generasi unggul di tengah perubahan zaman.
“IPPNU adalah akar. Jika akarnya busuk maka busuklah NU ke depan,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bagdja saat memberikan sambutan pembukaan Rapat Kerja Nasional Rakernas IPPNU di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Cigondewah, Bandung, Kamis (30/8).
Dalam Rakernas bertajuk “Reposisi Pelajar dan Santri Menuju Kader Mandiri di Tengah Transisi Kebangsan” Kiai Bagdja berpesan, IPPNU harus melakukan reposisi secara lebih baik. Dikatakan, peran organisasi pelajar saat ini patut dipertanyakan. “IPPNU harus membangunkan kembali semangat pelajar yang rusak,” katanya.
Menurut Sekjen PBNU era KH Abdurrahman Wahid itu, reposisi hanya bisa dilakukan jika mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam tiga domain utama, yakni politik, ekonomi dan sosial.
“Mulailah melakukan hal-hal yang kecil, nanti akan menjadi besar. Tak ada finish kalau kita tidak melakukan start. Jangan menuliskan program yang tidak mungkin bisa dilaksanakan,” katanya.
Ketua umum Pimpinan Pusat IPPNU Wafa Patria Umma mengakui, IPPNU memang sangat potensial untuk masuk ke dalam arus ideologi transnasional yang terbuka sejak era reformasi 1998, baik ideologi liberal kapitalis yang menggeser moral dan mengusik akidah, maupun ideologi yang dibawa oleh kalangan Islam radikal yang hendak membuyarkan format agama-negara di Indonesia yang telah dirintis oleh para ulama pendahulu.
“IPPNU memang berada dalam situasi sulit. Kami merasa tidak bisa menghadapinya sendiri. Kami butuh dibimbing dan diarahkan. Kita bersinergi untuk memunculkan generasi penerus masa depan,” katanya.
Rakernas dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jawa Brat yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Darul Ma'arif H Nu'man Abdul Hakim, lalu dilanjutkan dengan acara peluncuran website resmi IPPNU yang berlamat www.ippnu.or.id dan majalah Rek-Anita sebagai media ekspresi remaja putri.
Pada acara Rakernas itu Ketua Umum IPPNU menandatangi nota kesepahaman (MoU) bersama Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nadlatul Ulama H Thayyib IM mengenai pendirian komisariat IPPNU di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Ma’arif.
IPPNU juga bertekad mengaktifkan kembali Lembaga Korp Kepanduan Putri (L-KKP) yang merupakan lembaga pengembangan SDM di bidang lingkungan alam, kepanduan, kesehatan dan kemasyarakatan.(nam)
GUS MUS:

DUNIA SERBA TUHAN ATAWA TUHAN SEMAKIN BANYAK
21 April 2008 10:58:19

Di mana-mana semakin banyak tuhan
Di Irak dan Iran
Di Israel dan Afganistan
Di Libanon dan Nikaragua
Di India dan Srilangka
Di JEpang dan Cina
Di Korea dan Pilipina

Tuhan semakin banyak
Di Amerika dan Rusia
Di Eropa dan Asia Di Afrika dan Australia
Di NATO dan PAlta Warsawa
Di PBB dan badan-badan dunia

Dimana-mana tuhan, ya Tuhan
Disini pun semua serba tuhan
Disini pun tuhan merajalela
Memenuhi desa dan kota
Mesjid dan gereja
Kuil dan pura
Menggagahi mimbar dan seminar
Kantor dan sanggar
Dewan dan pasar
Mendominasi lalu lintas
Orpol dan ormas
Swasta dan dinas

Ya Tuhan, di sana-sini semua serba tuhan
Pernyataanku pernyataan tuhan!
Kebijaksanaanku kebijaksanaan tuhan!
Keputusanku keputusan tuhan!
Pikiranku pikiran tuhan!
Pendapatku pendapat tuhan!
Tulisanku tulisan tuhan!
Usahaku usaha tuhan!
Khutbahku khutbah tuhan!
Fatwaku fatwa tuhan!
Lembagaku lembaga tuhan
Jama’ahku jamaah tuhan!
Keluargaku keluarga tuhan!
Puisiku puisi tuhan!
Kritikanku kritikan tuhan!
Darahku darah tuhan!
Akuku aku tuhan!
Ya Tuhan!

1987+1429
Canda Suami Istri 15 Agustus 2008 11:44:11

Seorang lelaki yang pendek dan buruk rupanya suatu hari duduk-duduk bersama istrinya yang sangat cantik.
Si lelaki tak berkedip memandang wajah istrinya yang cantik jelita.
Agak tersipu-sipu, sang istri pun berkata,
“Kau ini kenapa sih, kok dari tadi memandangku saja?”
“Kulihat wajahmu,” jawab si suami, “semakin hari kok semakin cantik saja.
Maka setiap kali aku melihatmu, semakin bertambah syukurku.”
“Ya, “kata si istri,” dan kita berdua nanti akan masuk surga.”
“Lho, darimana kautahu?”
“Bukankah hamba yang bersyukur dan hamba yang bersabar akan masuk surga.
Kau bersyukur karena mendapat anugerah istri seperti aku.
Sedangkan aku bersabar mendapat cobaan berupa suami seperti kau.
(www.gusmus.net)

Selasa, 11 November 2008


Hidup Seperti Angka 1 dan 0


Hidup ini mungkin seperti angka 1 dan 0.
Adakalanya kita harus berdiri, beraksi dan menempatkan posisi.

Adakalanya juga kita harus berdiam diri, bertafakkur, dan merumuskan rencana-rencana. Seperti juga air laut, ada pasang ada surut, kadang tenang, kadang juga bergelombang.
Berdiam dan beraksi adalah wujud totalitas aktualisasi citra diri, sebagai upaya menciptakan ruang artikulasi, dengan apa dan cara bagaimana kita hendak menyelesaikan setiap persoalan . Karena hidup memang lebih berwarna-warni justru karena banyaknya persoalan yang timbul tenggelam.
Lalu setelah itu kita butuh jeda waktu untuk sekadar merenung, berhalaqah, mengaji bersama untuk menemukan gairah baru. Merumuskan kesadaran baru dengan seperangkat rencana yang lebih konseptual. Untuk itu kita perlu ‘melingkar’ bersama, saling mengisi dan berbagi, menyambungkan nalar dan hati kita.
Duduk melingkar dan bertafakkur adalah gambaran nyata kebutuhan kita akan dialektika kesadaran. Sebagai jeda, spasi (jarak) dalam gramatika arus lalu-lintas komunikasi verbal yang makin hari makin ruwet saja. Betapa tidak, memori kita selalu dipaksa mengingat sesuatu yang kadang tidak selalu perlu. Juga menjadi terbiasa untuk merekam peristiwa yang lebih ‘keji’ dan ‘sadis’ dari peristiwa sebelumnya. Tragedy hari ini akan segera sirna dari medan persepsi kita, karena pasti akan tergantikan dengan tragedy lain yang lebih mengerikan.
Sialnya lagi, diam-diam kita telah menganggap kengerian-kengerian itu sebagai sesuatu yang ‘nikmat’ untuk disimak! Perlahan namun pasti, arus waktu telah menyeret dan menghanyutkan nurani kita. Dengan cara apa kita sering bertindak, dengan nilai-nilai apa kita tergerak?

Senin, 10 November 2008


ALLAHU AKBAR
(Oleh: KH. A. Mustofa Bisri)
Allahu Akbar!

Pekik kalian menghalilintar

Membuat makhluk-makhluk kecil tergetar


Allahu Akbar!
Allah Maha Besar

Urat-urat leher kalian membesar

Meneriakkan Allahu Akbar

Dan dengan semangat jihad

Nafsu kebencian kalian membakar

Apa saja yang kalian anggap mungkar


Allahu Akbar, Allah Maha Besar!

Seandainya 5 milyar manusiaPenghuni bumi

sebesar debu ini

Sesat semua atau saleh semua

Tak sedikit pun mempengaruhiKebesaranNya
Melihat keganasan kalian aku yakin

Kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman

Yang kasih sayangNya meliputi segalanya

Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakanNya

Ketika dengan pongah kau melibas mereka

Yang sedang mencari jalan menujuNya?
Mengapa kalau mereka

Memang pantas masuk neraka

Tidak kalian biarkan Tuhan mereka

Yang menyiksa mereka

Kapan kalian mendapat mandat

Wewenang dariNya untuk menyiksa dan melaknat?


Allahu Akbar!

Syirik adalah dosa paling besar

Dan syirik yang paling akbar

Adalah mensekutukanNya

Dengan mempertuhankan diri sendiri

Dengan memutlakkan kebenaran sendiri
Laa ilaaha illaLlah!

MY POEM . . .



Lelaki Beraroma debu basah
: Abu Ma’mur MF

sunyi membeku, malam itu
gerimis mematahkan mendung yang mengapung
sementara
hujan menebarkan aroma tubuhmu
bersama kecipak air
jejak hujan yang menghunjam
membentuk lembar sketsa
wahai, hujan mengukirmu
dengan cat serupa aroma debu
basah

Kerak Waktu

Lama kita mengukir sketsa
pada kanvas kesunyian
hingga suatu ketika menyembul
diantara hati kita
putik lumut waktu yang mengerak
sementara lapuk masih saja mengintai
kecemasan mengepul
bersama kepulan asap anganmu
aku tersedak batuk
tapi kau masih saja diam

Lama kita mengukir sketsa
pada kanvas kesunyian
dan lumut waktu kian mengerak

Bulan Duka

Kau rentang kanvas Desember
dengan jemari bulan gerimis
di antara batu-batu bintang yang
meringismenyambut januari bengis